Jumat, 07 September 2012

DAMPAK DARI PENGGUNAAN PUPUK KIMIA DAN PESTISIDA KIMIA Usia saya sekarang 31 tahun, sudah tua juga belum dan kalau dibilang mudapun sudah tidak muda lagi. Seringkali saya membayangkan keadaan lingkungan desa tempat bermain waktu kecil. Waktu itu saya sering bermain ke sawah bersama teman-teman untuk mencari ikan di sawah atau di parit-parit. Ikan-ikan pada waktu itu begitu banyak dan kami pun bisa membawa hasil tangkapan ikan yang cukup lumayan untuk dimasak oleh ibu di rumah. Selain itu saya juga senang untuk mancing belut di sawah, siang hari sampai sore hari bisa mendapat kurang lebih 10 ekor belut yang besar-besar. jika saya melihat waktu kecil dulu, pertanian masih bersifat alami dan belum banyak terkontaminasi oleh zat-zat kimia. Tanahnya masih subur, dan juga tanamanya subur. Meskipun hanya dipupuk pakai pupuk kandang, pupuk kompos, atau dengan daun-daun kering yang dibuang di sawah. Hama dan penyakit waktu itu pun tidak sebanyak pada jaman sekarang ini. Kondisi lingkungan pada jaman saya kecil dengan waktu sekarang jauh berbeda. Sekarang ini ikan-ikan di sawah sudah sedikit bahkan tidak ada sama-sekali. Kondisi tanah sudah, liat, dan banyak hama penyakit yang menyerang tanaman milik petani. Bahkan di tempat saya masalah gagal panen sekarang ini sudah hal yang biasa, baik itu disebabkan oleh serangan tikus, wereng atau penyakit, sehingga petani banyak yang malas-malasan untuk berusahatani karena usahataninya rugi. Kondisi lingkungan kita yang semacam ini disebabkan oleh ulah manusia yang tidak bijaksana dalam penggunaan sumber daya alam. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia yang berlebihanlah yang menyebabkan rusaknya lingkungan kita saat ini. Dan juga disebabkan oleh manusia yang begitu rakus dalam memanfaatkan alam. Sebagai contohnya katak yang berada di sawah sudah sangat sedikit populasinya, karena ditangkap dan dimakan oleh manusia, padahal katak adalah pemangsa serangga, dimana serangga itu adalah hama bagi tanaman. Demikian juga ular yang diburu manusia untuk diambil kulitnya atau dagingnya yang populasinya di sawah sudah sangat sedikit yang berakibat pada semakin banyaknya populasi tikus di sawah-sawah, dan masih banyak contoh yang lain. Hal tersebut menyebabkan para petani yang terkena resikonya, dimana usahataninya banyak yang gagal disebabkan oleh hama dan penyakit. Maka boleh dibilang ekosistem yang ada dilingkungan kita ini sudah banyak yang terputus mata rantainya, sehingga sudah tidak seimbang lagi. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia yang dilakukan oleh petani sudah menjadi kebiasaan dan sudah membudaya. Hal ini disebabkan oleh propaganda pemerintah pada jaman Orde Baru yang begitu gencar dalam mensosialisasikan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Propaganda yang dilakukan Orde Baru sangatlah sukses yang waktu itu diterapkan dengan sistim Bimas, Inmas dan sistem yang lain. Karena petani sudah biasa menggunakan pupuk kimia seperti Urea, TSP, KCl, dan pengunaan pestisida kimia seperti Furadan, Delcis, Diasenon, maka untuk meninggalkan pupuk kimia dan pestisida kimia tersebut petani sangat susah, karena petani ingin praktisnya saja dan banyak yang belum tahu dampak yang ditimbulkanya. Kalaupun sudah tahu dampaknya petani enggan untuk meninggalkan kebiasaan yang sudah membudaya tersebut. Memang pada awalnya waktu itu masih bisa menunjukan hasil yang baik tapi lama-lama setelah terjadi akumulasi yang sangat banyak dari pupuk kimia dan pestisida kimia baru kita rasakan saat ini dimana-mana banyak hama dan penyakit yang susah dikendalikan, dan tanahnya sudah tidak subur lagi. Di bawah ini akan saya sampaikan dampak yang ditimbulkan oleh pupuk kimia : 1. Tanah menjadi keras ( Jawa=bantat) sehingga menyulitkan dalam pengolahan tanah berikutnya. 2. Tanah menjadi licin dan liat, terutama pada waktu musim penghujan. 3. Imbangan udara dan air di dalam tanah menjadi berkurang sehingga aerasi dan drainase menjadi jelek karena terjadi penimbunan residu pupuk yang tidak diserap oleh akar tanaman. 4. Akumulasi sisa pupuk kimia dapat menyebabkan pernafasan akar terganggu. 5. Secara kimiawi dapat meracuni tanah, air, jasad hidup tanah dan tanaman itu sendiri. Meskipun proses penimbunan residu pupuk dan peracunan terjadi sangat lambat namun tetap akan terjadi setelah melampau ambang batas yang membahayakan. Sedangkan dampak dari penggunaan pestisida kimia hampir sama dengan penggunaan pupuk an organik (kimia), yang antara lain adalah : 1. Meracuni tanah, air, jasad hidup dalam tanah, tanaman itu sendiri dan pengonsonmsi tanaman itu sendiri. 2. Karena sudah biasa menggunakan pestisida secara terus menerus maka hama dan penyakit akan mengalami kekebalan akan pestisida tersebut, sehingga akan mengalami peledakan populasi dari hama atau penyakit tersebut 3. Dengan kematian mekroorganisme di dalam tanah oleh pestisida kimia maka pupuk organik, sisa-sisa tanaman, bangkai, dan sejenisnya akan susah terurai karena mikroorganisme yang sangat sedikit di dalam tanah, sehingga bahan organik tersebut susah diserap ole tanaman 4. Dampaknya pada manusia dengan banyaknya penyakit yang diderita oleh manusia jaman sekarang yang antara lain disebabkan karena mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung bahan kimia teramasuk pestisida kimia. 5. Ekosistem rusak atau terputusnya ekosistem, tidak adanya keseimbangan lingkuangan. Demikian tadi dampak yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik (kimia) dan pestisida kimia yang ternyata sangat merugikan bagi manusia, dan kelangsungan ekosistem di muka bumi ini. Pada waktu sekarang setelah mengetahui dan mengalami dampak negatifnya maka sekarang banyak yang mengusahakan untuk kembali ke alam lagi ( back to nature). Banyak penelitian-penelitian yang dilakukan untuk menciptakan pupuk organik yang mampu cepat diserap oleh tanaman, pestisida alami (nabati) yang tidak berdampak negatif . Efektif Mikroorganisme (EM-4) salah satu hasil penelitian yang berguna untuk menghidupkan atau memasok mikroorganisme ke dalam tanah. EM-4 ini untuk memfermentasikan bahan organik tanah menjadi unsur-unsur organik. Disamping itu EM-4 juga berguna untuk membuat pupuk kompos, dan pupuk bokasi. Untuk pestisida nabati bisa didapat dari tanaman yang mempunyai khasiat untuk dijadikan obat bagi hama dan penyakit. Sebagai contohnya daun imba, mindi, tembakau, dan jenis jenis tumbuhan yang lainya yang dikombinasikan atau tidak dikombinasikan untuk diolah menjadi pestisida nabati. Dengan pupuk organik dan pestisida nabati maka pelan-pelan akan bisa mengembalikan kondisi tanah, lingkungan dan tanaman akan menjadi pulih kembali sehingga petani pun akan semakin meningkat pendapatanya. Y. Sunarya (SPP-SPMA Kanisius Ambarawa)
CARA BERTANAM VERTIKULTUR Lahan pertanian di Indonesia saat ini semakin berkurang saja luasnya. Hal ini disebabkan oleh karena olih fungsi dari lahan petanian menjadi lahan perumahan, lahan industri, dan lahan pertokoan. Ini menyebabkan dampak bagi dunia pertanian yang dari tahun ketahun semakin berkurang produksinya. Khususnya lahan pertanian di perkotaan yang sempit dan penduduknya semakin padat. Kebutuhan akan sayuran segar yang bebas pestisida serta kebutuhan gizi juga terus meningkat seiring meningkatnya pengetahuan masyarakat dan juga peningkatan pendapatan. Potensi peluang untuk mencukupi kebutuhan sayuran segar dan bebas pestisida di perkotaan senantiasa tetap ada yaitu dengan memanfaatkan lahan sempit, yang ada diperkotaan, di depan rumah, di samping rumah atau bahkan di atas rumah. Salah satu pemecahanya adalah dengan tanaman sistim susun, disamping menghemat tempat juga menambah keindahan tempat tersebut. I. Jenis tanaman hortikultura yang sesuai untuk sistim susun/vertikal A. Penghasil daun - Kangkung cabut - Sawi/caisin - Selada - Sledri dll B. Penghasil buah - Tomat - Terong - Cabe besar/ hibrida dll II. Teknik budidaya A. Media tanam Media tanam sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Untuk media tanam bisa dipakai : * tanah + pupuk kandang = 1 : 1 atau * tanah + pasir + pupuk kandang = 1 : 1 : 1 atau • sekam + pupuk kandang = 3 : 1 B. Sistem budidaya ada 2 macam cara 1. Tanam sistem vertikal (tegak) dapat dibuat dari pralon dan dudukan, bambu dan dudukan atau kayu dan dudukan sebagai tempat menggantung pot-pot kecil. 2. Tanam sistim horizontal (mendatar) Bahan terbuat dari kotak-kotak kayu, pralon atau bambu yang disusun pada rak. C. Cara bercocok tanam 1. Persemaian dengan media yang sama seperti di atas, tempatnya bisa mnggunakan polibag diameter 5 cm, nampan, besek, atau di tempat persemaian khusus. Pada palibag atau pada tempat tadi dibuat lubang darainase dan ditempatkan pada tempat yang lembab atau tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Benih di tanam dalam polibag satu-satu atau benih ditabur jarang tapi merata pada nampan, besek dan dipersemaian. Lakukan penyiraman pada waktu pagi hari. 2. Setelah pot diisi media dan dibiarkan selam beberapa hari (seminggu). Lalu tanaman dipindah ke pot setelah berdaun 4 – 5 buah. 3. Tanaman di pot disiram pagi/sore jumlahnya disesuaikan dengan umur tanman dan memperhatikan kelembapan tanahnya. 4. Dalam penyiraman bisa 3 hari sekali. Untuk sayuran penghasil daun disiram dengan larutan urea 1 : 50 – 100 atau disemprot pupuk organik dengan kandungan N yang tinggi. 5. Untuk tanaman buahdapat dipipuk tambahan NPK 5 – 7 butir per tanaman 2 – 3 minggu sekali. 6. Untuk mengendalikan hama dan penyakit diusahakan secara mekanik saja atau dengan pestisida nabati (alami) supaya tanaman tidak tercemar oleh obat-obatan kimia yang sangat tidak baik untuk tubuh. D. Panen dan pasca panen 1. Panen sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pasar, artinya sayur jenis tertentu atau sayur secara umum. Apabila sayur sayur baby yang lebih banyak dikehendaki, maka untuk jenis-jenis selada,caisin, bayam, kangkung dapat dipanen muda umur 17 – 21 hari dan bila sayur biasa bisa dipanen pada umur 30 – 35 hari. Untuk tanaman buah disesuaikan dengan tingkat kemasakanya. 2. Pemasaran sebaiknya direncanakan sejak awal dan dihitung sesuai dengan kebutuhan pasar. Mengingat resiko kerusakan tanaman sangat tinggi maka sebaiknya selang waktu panen dan pemasaran harus diusahakan sesingkat mungkin, dan upayakan jangan menahan hasil panenan terlalu lama karena semakin lama mutunya semakin jelek. (Sumber : dari berbagai literatur) Y. Sunarya (SPP-SPMA Kanisius Ambarawa)