Jumat, 22 Maret 2013

BUDIDAYA TEMULAWAK










  
BUDIDAYA TEMU LAWAK


1. PENDAHULUAN

Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia. Pulau Jawa, Bali dan Maluku disebut-sebut daerah asli tanaman ini. Namun saat ini temulawak sudah menyebar ke seluruh kepulauan di Indonesia dan telah di budidayakan di Malaysia, Philipina, Thailand serta India.
Temulawak sangat bermanfaat bagi kesehatan, antara lain untuk menambah nafsu makan, memperbaiki fungsi pencernakan, fungsi hati, mengurangi nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah, menghambat penggumpalam darah dan sebagai antioksidan.
Temulawak juga merupakan salah satu bahan baku untuk produk-produk herbal, suplemen diet, minuman kesehatan dan kosmetik.
Untuk menghasilkan produk temulawak yang bermutu dan mempunyai daya saing yang tinggi diperlukan benih yang bermutu. Ciri-ciri benih temulawak yang bermutu : ditandai
dengan kadar pati yang tinggi, yaitu apabila dipotong melintang warna daging terhlihat cerah, kulit rimpang licin tidak berkerut, mengkilat dan tidak mudah terkelupas, rimpang bernas dan sehat.
Temulawak dapat tumbuh  subur  pada  ketinggian  tempat  dari 100 – 600m dpl,  pada jenis tanah: latosol, andosol, podsolik dan regosol dengan tekstur tanah liat berpasir hingga liat dan struktur tanah yang gembur dan subur. Untuk keasaman tanah tanaman temulawak sangat cocok dengan pH 5,0 – 6,5. Curah hujan 1500 -4000 mm dengan suhu 19 – 30° dan kelembaban udara 70 - 90%. Tanaman temulawak juga merupakan tanaman yang membutuhkan naungan maksimal 30%. Jadi tanaman temulawak sangat baik di budidayakan di bawah tegakan.

2. PERSIAPAN LAHAN
Persiapan lahan merupakan rangakaian mulai dari membersihkan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sampai dengan pembuatan bedengan. Lahan dicangkul atau dibajak sedalam ± 30 cm sampai struktur tanah menjadi gembur dan dibuat bedengan sesuai dengan kontur tanah, antar bedengan dibuat parit dengan lebar 30 - 40 cm dengan kedalaman 30 cm. bedengan dibuat lubang tanam dengan jarak tanam  50 x 50 cm atau 60 x 60 cm atau 50 x 75 cm dengan kedalaman ± 10 cm.

3. PERSIAPAN TANAM
Bibit temulawak yang akan ditanam hendaknya dipilih dari : varietas unggul yang teridentifikasi dengan jelas asal usulnya. Utamakan yang sudah dilepas oleh Mentri Pertanian. Benih harus berasal dari tanaman yang sehat, label benih sesuai dengan kelas benih yang di inginkan.

4. PENANAMAN
Penanaman merupakan proses meletakan bibit ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan dengan jarak tanam sesuai dengan yang dipilih. Dengan tujuan agar bibit dapat tumbuh dengan baik dan seragam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan, bibit temulawak di tanam ke lubang tanam yang sudah dibuat sesuai dengan ketentuan yang dipilih.

5. PEMUPUKAN
Untuk mendapatkan tanaman dengan pertumbuhan yang bagus tanaman perlu dilakukan pemupukan. Pupuk dasar sebaiknya di gunakan pupuk organik dan di berikan bersamaan dengan pembuatan lubang tanam 1- 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 10 – 20 ton/Ha. Sedangkan pemupukan susulan dosis dan aplikasinya disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing lokasi
6. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ( OPT )
Pengendalian OPT adalah upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman temulawak yang diakibatkan oleh serangan OPT dengan cara menggunakan satu atau lebih teknik pengendalian yang sesuai. Untuk mengurangi resiko kehilangan hasil serta menjaga kelestarian lingkungan sebaiknya menggunakan BIOPESTISIDA ( agensia hayati atau nabati ), Air dan sabun. Biopestisida untuk mengendalikan OPT, air untuk mengencerkan biopestisida dan sabun mencuci peralatan dan tangan setelah melakukan pengendalian OPT. Untuk pengendalian OPT yang benar juga harus berdasar dengan system PHT yang dilandasi dengan prinsip dasar PHT. Penggunaan bibit yang sehat, penanaman temulawak jangan dilakukan secara tumpang sari dengan keluarga Zingiberace seperti kunyit, jahe dan sejenisnya karena merupakan inang dari OPT. Dosis Biopestisida yang digunakan juga harus sesuai dengan anjuran.
7. PEMELIHARAAN TANAMAN
Pemeliharaan tanaman merupakan unsur yang sangat penting dalam budidaya tanaman temulawak antara lain mencakup : penyulaman, penyiangan, penyiraman, pemupukan dan pembumbunan. Tujuanya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan seragam sehingga produksinya bisa maksimal. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati dan dilakukan maksimal umur 1 bulan setelah tanam dengan umur bibit yang sama. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 2 sampai 4 bulan atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan, dengan cara mencabut rumput menggunakan koret dan dilakukan dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran dan rimpang. Penyiraman dapat dilakukan dengan menyesuaikan keadaan. Pemupukan dilakukan menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Sedangkan pembumbunan dilakukan setelah penyiangan dan pemupukan dengan cara memperbaiki saluran draenase diantara bedengan dengan menaikan tanah dari saluran draenase ke dalam bedengan.
8. PEMANENAN
Pemanenan adalah kegiatan pengambilan hasil rimpang dengan cara membongkar seluruh tamanam dengan mengunakan cangkul atau garpu atau alat lainnya.Temulawak dapat dipanen setelah tanaman berumur 10 – 12 bulan dengan ciri batang dan daun telah mengering. Ciri-ciri temulawak siap panen : ukuran rimpang besar dan tampak bernas, kulit rimpang tidak mudah terkelupas / tidak mudah lecet, apabila rimpang di patahkan terlihat berserat dan beraroma menyengat yang khas ( wangi Aromatis ), warna rimpang kuning jingga dan mengkilat.
Pemanenan dengan cara menggali tanah disekitar rumpun, membongkar rimpang dengan garpu atau cangkul atau alat lainnya, angkat rimpang bersama akar-akarnya dan sisa tanah yang masih melekat serta dari sisa-sisa batangnya.
9. PASCA PANEN
Pasca panen dilakukan setelah panen dengan membersihkan rimpang dari tanah yang melekat, sortasi dan penyimpanan. Penyortiran dengan memisahkan rimpang yang bernas dan sehat dengan rimpang yang rusak / cacat atau dari jenis rimpang yang lain.Menyimpan rimpang di dalam gudang yang bersih dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak lembab. Penyimpanan dapat menggunakan rak bertingkat / para-para atau dengan kemasan berventilasi cukup. Memberi identitas pada setiap kemasan temulawak yang baik.