Jumat, 07 September 2012

CARA BERTANAM VERTIKULTUR Lahan pertanian di Indonesia saat ini semakin berkurang saja luasnya. Hal ini disebabkan oleh karena olih fungsi dari lahan petanian menjadi lahan perumahan, lahan industri, dan lahan pertokoan. Ini menyebabkan dampak bagi dunia pertanian yang dari tahun ketahun semakin berkurang produksinya. Khususnya lahan pertanian di perkotaan yang sempit dan penduduknya semakin padat. Kebutuhan akan sayuran segar yang bebas pestisida serta kebutuhan gizi juga terus meningkat seiring meningkatnya pengetahuan masyarakat dan juga peningkatan pendapatan. Potensi peluang untuk mencukupi kebutuhan sayuran segar dan bebas pestisida di perkotaan senantiasa tetap ada yaitu dengan memanfaatkan lahan sempit, yang ada diperkotaan, di depan rumah, di samping rumah atau bahkan di atas rumah. Salah satu pemecahanya adalah dengan tanaman sistim susun, disamping menghemat tempat juga menambah keindahan tempat tersebut. I. Jenis tanaman hortikultura yang sesuai untuk sistim susun/vertikal A. Penghasil daun - Kangkung cabut - Sawi/caisin - Selada - Sledri dll B. Penghasil buah - Tomat - Terong - Cabe besar/ hibrida dll II. Teknik budidaya A. Media tanam Media tanam sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Untuk media tanam bisa dipakai : * tanah + pupuk kandang = 1 : 1 atau * tanah + pasir + pupuk kandang = 1 : 1 : 1 atau • sekam + pupuk kandang = 3 : 1 B. Sistem budidaya ada 2 macam cara 1. Tanam sistem vertikal (tegak) dapat dibuat dari pralon dan dudukan, bambu dan dudukan atau kayu dan dudukan sebagai tempat menggantung pot-pot kecil. 2. Tanam sistim horizontal (mendatar) Bahan terbuat dari kotak-kotak kayu, pralon atau bambu yang disusun pada rak. C. Cara bercocok tanam 1. Persemaian dengan media yang sama seperti di atas, tempatnya bisa mnggunakan polibag diameter 5 cm, nampan, besek, atau di tempat persemaian khusus. Pada palibag atau pada tempat tadi dibuat lubang darainase dan ditempatkan pada tempat yang lembab atau tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Benih di tanam dalam polibag satu-satu atau benih ditabur jarang tapi merata pada nampan, besek dan dipersemaian. Lakukan penyiraman pada waktu pagi hari. 2. Setelah pot diisi media dan dibiarkan selam beberapa hari (seminggu). Lalu tanaman dipindah ke pot setelah berdaun 4 – 5 buah. 3. Tanaman di pot disiram pagi/sore jumlahnya disesuaikan dengan umur tanman dan memperhatikan kelembapan tanahnya. 4. Dalam penyiraman bisa 3 hari sekali. Untuk sayuran penghasil daun disiram dengan larutan urea 1 : 50 – 100 atau disemprot pupuk organik dengan kandungan N yang tinggi. 5. Untuk tanaman buahdapat dipipuk tambahan NPK 5 – 7 butir per tanaman 2 – 3 minggu sekali. 6. Untuk mengendalikan hama dan penyakit diusahakan secara mekanik saja atau dengan pestisida nabati (alami) supaya tanaman tidak tercemar oleh obat-obatan kimia yang sangat tidak baik untuk tubuh. D. Panen dan pasca panen 1. Panen sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pasar, artinya sayur jenis tertentu atau sayur secara umum. Apabila sayur sayur baby yang lebih banyak dikehendaki, maka untuk jenis-jenis selada,caisin, bayam, kangkung dapat dipanen muda umur 17 – 21 hari dan bila sayur biasa bisa dipanen pada umur 30 – 35 hari. Untuk tanaman buah disesuaikan dengan tingkat kemasakanya. 2. Pemasaran sebaiknya direncanakan sejak awal dan dihitung sesuai dengan kebutuhan pasar. Mengingat resiko kerusakan tanaman sangat tinggi maka sebaiknya selang waktu panen dan pemasaran harus diusahakan sesingkat mungkin, dan upayakan jangan menahan hasil panenan terlalu lama karena semakin lama mutunya semakin jelek. (Sumber : dari berbagai literatur) Y. Sunarya (SPP-SPMA Kanisius Ambarawa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar